Sejarah Desa Sooko Dari Perjuangan Ki Suromanggolo hingga Menjadi Kademangan

Hainusantara.com - Halo, sobat nusantara! Mari kita bersama menyelami kisah sejarah sebuah desa yang memiliki jejak perjuangan dan keuletan yang luar biasa. Desa ini tidak hanya berdiri sebagai pemukiman biasa, tetapi juga sebagai saksi bisu dari perjalanan seorang pejuang yang mengabdikan hidupnya untuk tanah air. Mari kita berkenalan dengan Desa Sooko, sebuah desa di Ponorogo yang menyimpan banyak cerita menarik.


Awal Mula Desa Sooko

Di penghujung abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1830, Desa Sooko mulai menorehkan sejarahnya. Berdirinya desa ini tidak lepas dari peran seorang tokoh bernama Ki Suromanggolo, seorang mantan anggota laskar Pangeran Diponegoro. Sebagai salah satu pejuang yang setia kepada Pangeran Diponegoro, Ki Suromanggolo terpaksa meninggalkan Mataram setelah berakhirnya Perang Diponegoro. Meski harus melarikan diri, hatinya tetap teguh untuk terus berjuang melawan penjajah.

Ki Suromanggolo, yang juga merupakan keturunan Seloadji, Patih Kadipaten Ponorogo pertama, memutuskan untuk mencari tempat yang aman untuk meneruskan perjuangannya. Bersama saudaranya, Ki Hiromanggolo, ia memulai perjalanan yang panjang ke arah timur hingga tiba di sebuah lembah yang terletak di kaki Gunung Wilis, bagian barat daya.


Bertemu Sumber Air dan Awal Pendirian Desa

Setelah berbulan-bulan berjalan, mereka menemukan sebuah sumber air yang jernih di tengah hutan lebat. Rasa lelah yang melanda setelah perjalanan panjang membuat mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di tempat tersebut. Mereka minum dari sumber air itu dan membersihkan diri, merasakan kesejukan yang menenangkan.

Malam harinya, keduanya merasa mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk tinggal di tempat tersebut. Keesokan harinya, mereka mulai membangun gubuk sederhana sebagai tempat tinggal sementara dan membabat hutan di sekitarnya. Ki Suromanggolo juga mulai menanam berbagai tanaman sebagai sumber makanan, termasuk sebatang pohon Soka yang ia temukan dalam perjalanannya. Pohon Soka ini kemudian tumbuh dengan subur, menjadi pertanda bahwa tanah di sekitar tempat tersebut sangat subur dan cocok untuk bercocok tanam.


Menjadi Tempat Bermukim dan Berkembangnya Komunitas

Tak lama kemudian, keberadaan Ki Suromanggolo dan Ki Hiromanggolo diketahui oleh orang-orang yang kebetulan melewati daerah tersebut. Kabar tentang tanah subur dan kehidupan yang tentram di sana menyebar, menarik perhatian banyak orang untuk datang dan menetap di sekitar sumber air yang kini telah menjadi sebuah komunitas kecil.

Ki Suromanggolo dan Ki Hiromanggolo tidak hanya menjadi pelopor dalam membuka lahan dan mendirikan pemukiman, tetapi juga menjadi sosok panutan yang dihormati oleh para pendatang baru. Ki Suromanggolo, dengan pengetahuannya tentang bercocok tanam yang ia peroleh selama di Mataram, memberikan bimbingan kepada para pendatang dalam mengolah tanah dan menanam tanaman. Penghuni desa semakin menghormati dan menjadikannya sebagai pemimpin.


Pemberian Nama Sooko

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, Ki Suromanggolo merasa perlu untuk memberikan identitas pada tempat yang telah menjadi rumah bagi banyak orang ini. Dalam sebuah musyawarah bersama warga, ia memutuskan untuk memberi nama tempat tersebut dengan nama "Sooko," yang diambil dari pohon Soka yang pertama kali ditanam olehnya.

Nama ini tidak hanya menjadi simbol kesuburan tanah desa tersebut tetapi juga menjadi penanda sejarah yang menghubungkan penduduk dengan perjuangan dan semangat pendirinya. Pada musyawarah tersebut, warga juga meminta Ki Suromanggolo untuk menjadi pemimpin mereka, tetapi ia merasa sudah tua dan memilih untuk menyerahkan tugas tersebut kepada adiknya, Ki Hiromanggolo. Sejak itu, Ki Hiromanggolo dikenal sebagai Demang pertama Desa Sooko.


Perkembangan Desa Sooko

Di bawah kepemimpinan Ki Hiromanggolo, Desa Sooko semakin berkembang. Warga desa mulai membangun pendopo, membuka lahan pertanian, serta membangun sarana dan prasarana lainnya seperti jalan dan parit. Desa yang dulunya hanya sebuah lembah sepi, kini telah menjadi sebuah kademangan yang makmur dan ramai.

Kabar tentang Desa Sooko akhirnya sampai ke telinga Kanjeng Adipati Ponorogo. Tertarik dengan perkembangan desa tersebut, Kanjeng Adipati mengunjungi Sooko dan menetapkan desa ini sebagai wilayah kademangan resmi. Ki Hiromanggolo diangkat menjadi Demang dan diberikan tanggung jawab untuk memimpin beberapa kademangan di sekitarnya.


Baca juga: Kisah Sejarah Desa Ampeldento: Jejak Perjuangan dan Warisan Mbah Slamet


Warisan Ki Suromanggolo dan Ki Hiromanggolo

Setelah meninggal dunia, jenazah Ki Suromanggolo dimakamkan di Phutuk Ungkal, sebuah tempat yang kini juga menjadi situs sejarah bagi masyarakat Desa Sooko. Ki Hiromanggolo, yang telah mengabdikan hidupnya untuk memimpin desa ini, juga dimakamkan di tempat yang sama setelah wafat.

Meski kedua tokoh ini telah tiada, warisan mereka tetap hidup dalam diri warga Desa Sooko. Semangat juang, kebersamaan, dan ketekunan yang mereka tanamkan masih terasa hingga kini. Desa Sooko terus menata diri, berkembang, dan maju, menjadi tempat yang nyaman bagi generasi penerus untuk melanjutkan kehidupan.


Kronologi Kepemimpinan Desa Sooko

Untuk menutup kisah ini, mari kita lihat kronologi kepemimpinan di Desa Sooko, yang telah melewati berbagai generasi:

  • Ki Hiromanggolo (1870 – 1885)
  • Sono Drono (1885 – 1889)
  • Hiro Mejo (1889 – 1893)
  • Karso Mejo (1893 – 1901)
  • Sulni (1901 – 1906)
  • Setrokaryo (1906 – 1918)
  • Karsoinangun (1918 – 1919)
  • Setrokarman (1919 – 1920)
  • Sero (1920 – 1921)
  • Doto (1921 – 1922)
  • Sudjito (1922 – 1932)
  • Sujonosastro (1932 – 1974)
  • Sumarno (Caretekar) (1974 – 1985)
  • Budi Hartojo (1985 – 1994)
  • Drs. H. Wahyul Hadi (1994 – 2012) – 2 Periode
  • Sudarto (2012 – sekarang)

Kepemimpinan yang silih berganti ini menunjukkan bahwa Desa Sooko selalu memiliki tokoh-tokoh yang berkomitmen untuk menjaga dan memajukan desanya. Dengan sejarah yang kaya dan semangat gotong royong yang kuat, Desa Sooko terus bertahan dan berkembang menjadi desa yang harmonis dan sejahtera.

Itulah sekelumit kisah perjalanan Desa Sooko yang penuh dengan nilai-nilai perjuangan dan kebersamaan. Bagi sobat nusantara yang ingin lebih mendalami sejarah lokal, Desa Sooko bisa menjadi salah satu destinasi menarik untuk menggali jejak perjuangan para leluhur kita. Semoga artikel ini dapat menjadi inspirasi dan menambah wawasan kita semua.