Sejarah Desa Kedamean: Warisan Tradisi dan Kepemimpinan yang Terus Berkembang

Hainusantara.com - Setiap desa memiliki sejarah yang menjadi cerminan dari karakter dan identitasnya. Sejarah ini sering kali disampaikan melalui dongeng dan cerita turun-temurun, yang meskipun sulit dibuktikan kebenarannya, tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya sebuah komunitas. Desa Kedamean yang terletak di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur tidak terkecuali dalam hal ini, dengan sejarah yang kaya akan mitos dan legenda yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.


Asal Usul Nama Desa Kedamean

Desa Kedamean, yang kini terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Kedamean, Dusun Watupasang, Dusun Balongrambah, dan Dusun Pilanggresik, memiliki asal-usul yang beragam sesuai dengan cerita-cerita yang berasal dari para sesepuh desa.

Menurut beberapa sumber, asal usul nama Kedamean berasal dari kata "Kendayaan", yang kemudian berubah menjadi "Kedamean" setelah kedatangan agama Islam. Nama ini mencerminkan damai dan harmoni antara penganut Buddha dan Islam di masa itu.


Kepemimpinan Desa dari Masa ke Masa

Desa Kedamean memiliki sejarah panjang dalam hal kepemimpinan. Salah satu kepala desa yang terkenal adalah Ki Buyut Gundul, yang dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan sabar. Di masa kepemimpinannya, warga desa hidup dalam harmoni dan saling gotong-royong, menjadikan Desa Kedamean sebagai contoh bagi desa-desa lain, terutama pada masa Kerajaan Majapahit.

Setelah zaman Ki Buyut Gundul, kepemimpinan desa beralih ke Ki Jati Wono, yang dikenal sebagai Ki Buyut Putih. Pada masa ini, desa terus berkembang dan mengalami berbagai kemajuan di bidang pertanian dan kehidupan sosial.


Peninggalan dan Petilasan Sejarah

Di Desa Kedamean, masih terdapat berbagai peninggalan dan petilasan yang menjadi saksi bisu dari sejarah panjang desa ini. Beberapa di antaranya adalah:

  • Boto Dhukur - Tempat begandring di Dusun Krajan Kedamean.
  • Watu Bajul - Terletak di sebelah selatan Dusun Krajan Kedamean.
  • Kedung Maling dan Rujak Beling - Di utara waduk Dusun Krajan Kedamean.
  • Glinggangjati - Sebelah utara Dusun Krajan Kedamean.
  • Jaten Cilik - Pertigaan sebelah utara kuburan Islam Dusun Krajan Kedamean.
  • Jaraan - Terletak di RT 1, 2, 3 RW 01 Dusun Krajan Kedamean.
  • Kedawung - Jalan tengah Dusun Krajan Kedamean.
  • Watupasang - SDN 2 Kedamean.
  • Makam Ki Buyut - Terletak di kuburan Kedamean sebelah selatan.
  • Sabuk Giwang - Di tengah kuburan Islam Kedamean.


Baca juga: Desa Krandegan: Mitos, Sejarah, dan Tradisi yang Menyatu


Kepemimpinan Lurah dari Masa ke Masa

Lurah Kaserun (1920-1935)

Sebagai kepala desa pertama pada masa penjajahan Belanda, kebijakan yang diterapkan banyak dipengaruhi oleh penjajah. Masa ini ditandai dengan adanya kerja paksa, sehingga pembangunan desa belum maksimal.

Lurah Aslikan (1935-1945)

Di masa ini, banyak dilakukan pengembangan infrastruktur dan sarana pertanian. Lurah Aslikan dikenal aktif dalam membangun jalan dan memperbaiki fasilitas desa.

Lurah Ridwan (1945-1953)

Pada masa kepemimpinannya, Ridwan menghadapi dua era yaitu penjajahan dan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, ia berfokus pada peningkatan produktivitas pertanian dan perbaikan sarana prasarana.

Lurah Saekan (1953-1990)

Saekan berhasil membawa desa ke arah yang lebih maju, terutama di bidang pertanian. Bantuan dari pemerintah berupa pupuk dan obat-obatan meningkatkan hasil panen, dan infrastruktur desa juga semakin diperkuat.

Lurah Tri Sulono (1990-1998)

Pada masa ini, desa mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang, termasuk pertanian dan ekonomi. Banyak perusahaan didirikan, yang membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lurah Khoirul Anam (1998-2013)

Di bawah kepemimpinan Khoirul Anam, sarana dan prasarana desa semakin maju. Jalan-jalan yang dulu berupa tanah liat kini sudah diaspal, dan sektor ekonomi berkembang pesat dengan adanya berbagai usaha dan perdagangan.

Lurah Tri Sulono (2013)

Di masa ini, Desa Kedamean mencapai puncak perkembangan di berbagai bidang, termasuk infrastruktur, ekonomi, pendidikan, pertanian, kesehatan, kebudayaan, kepemudaan, dan pemerintahan. Kepemimpinan Tri Sulono berhasil mewujudkan pembangunan desa yang maksimal dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan.


Penutup

Sejarah Desa Kedamean tidak hanya terukir dalam cerita dan mitos, tetapi juga dalam peninggalan dan petilasan yang masih ada hingga kini. Desa ini terus berkembang dari waktu ke waktu, berkat kepemimpinan yang bijaksana dan semangat gotong royong warganya.

Dari masa ke masa, Desa Kedamean tetap mempertahankan identitasnya sebagai desa yang damai dan harmonis, sesuai dengan makna namanya.